Sunday, July 13, 2014

Hati-hati Diabetes Pada Anak

Dulu punya anak yang badannya gemuk, banyak orangtua yang senang. “Ih, lucu ya anaknya gemuk banget”. Begitu sebagian komentar orang yang berpapasan. 

Tapi hati-hati lo ternyata gemuk bukan hanya lucu tapi bisa berisiko terhadap kesehatannya.


“Obesitas (kegemukan) merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling serius di abad ini. Dan sudah menjadi masalah selama lebih dari 25 tahun. Amerika Serikat menduduki peringkat tertinggi dalam masalah obesitas ini,” demikian diungkapkan dr. Aman Pulungan, Sp.A (K), konsultan endokrinologi anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RSCM dalam presentasinya beberapa waktu lalu.
Obesitas bukan hanya masalah estetika saja, tapi bisa karena gen dan lingkungan, pola makan yang tidak memenuhi gizi seimbang, dan kurangnya aktivitas. Diperlukan pencegahan pada anak supaya tidak menjadi obesitas dan kalau sudah terjadi, pengobatan harus diberikan supaya anak tersebut tidak menderita penyakit lain akibat obesitas.
Konsekuensi yang harus diterima oleh anak obesitas adalah resistensi insulin, suatu kondisi ketika sensitivitas insulin menurun. Sensitivitas insulin adalah kemampuan dari hormon insulin menurunkan kadar glukosa darah dengan menekan produksi glukosa hepatik dan menstimulasi pemanfaatan glukosa di dalam otot skelet dan jaringan adiposa.
Resistensi insulin dapat menyebabkan:
  • Intoleransi glukosa
  • Gangguan metabolisme melemak
  • Hipertensi
  • Polycystic Ovary Syndrome (POS)
  • Akhinya menjadi Diabetes Melitus Tipe 2 (DM Tipe 2)
Sementara data menyebutkan bahwa 25% anak obesitas menunjukkan gejala intoleransi glukosa. Data dari American Diabetes Association 2010 menunjukkan bahwa 1 dari 400-600 anak dan remaja dijumpai DM Tipe 1 dan sama dengan prevalensi untuk DM Tipe 2. Dua juta (atau 1 dari 6 remaja obes) umur 12 – 19 tahun sudah dalam tahap pre-diabetes.
Di Indonesia, pasien DM Tipe 1 pada awal pendataan Mei 2009 berjumlah 156 pasien, dengan 86 perempuan dan 70 laki-laki. Data hingga April 2011 menunjukkan peningkatan yaitu menjadi 609 pasien, dengan perincian 356 perempuan dan 253 laki-laki. Sementara pasien DM Tipe 2 yang terdata sebanyak 30 pasien, 13 perempuan dan 17 laki-laki.
Untuk itulah dr. Aman Pulungan, Sp. A. (K), menyarankan jika dijumpai tanda mencurigai pada anak sebaiknya dilakukan penapisan sindrom metablik dan diabetes. Penapisan sangat membantu dalam diagnosis dan tata laksana dini pada pasien.
Bila seorang anak diketahui secara dini menderita DM Tipe 2, kemudian selama 20 bulan dipantau terus gula darahnya, pola makan mengikuti pola gizi seimbang dengan kebutuhan kalori per hari harus dihitung dengan memperhatikan usia, jenis kelamin, tinggi badan, berat badan, serta olahraga yang tertatur, niscaya anak tersebut masih bisa disembuhkan. (intisari)

No comments:

Post a Comment